Mudah dan (enaknya…) berbelanja
dengan kartu kredit acapkali membuat kita lupa
tagihan sudah membengkak, bahkan sudah melebihi kemampuan bayar. Makanya,
penting punya kontrol, dimana pemakaian kartu kredit dapat diketahui sejak
dini, sebelum jumlahnya menjadi tidak terkendali.
Waktu pertama punya kartu kredit,
tidak lama setelah dapat kerja pertama, saya terpikat dengan mudah dan
nyamannya menggunakan kartu kredit. Tidak perlu bawa uang tunai jika hendak
belanja. Cukup gesek kartu, barang bisa langsung dibawa pulang.
Dengan kartu, saya merasakan beban
“kehilangan uang”, yang sering dirasakan saat membayar tunai, terasa hilang.
Bayar pakai kartu serasa berbelanja tanpa beban. Saya mengalami yang disebut
“buy now pay later” sindrom dalam penggunaan kartu kredit.
Tanpa saya sadari, saking nyamannya,
tagihan mulai merangkak naik. Alhasil, saya terjebak dalam hutang kartu kredit.
Perlu waktu hampir setahun untuk membereskan hutang tersebut sampai lunas.
Dari pengalaman (pahit..) ini, saya
belajar bahwa kartu kredit akan baik selama digunakan sebagai alat pembayaran.
Masalah muncul, jika kartu digunakan sebagai alat berhutang. Kapan itu? Saat
kita sudah tidak bisa membayar lunas tagihan. Itu indikasi bahwa penggunaan
kartu telah melewati kapasitas keuangan kita.
Tingginya bunga kartu kredit membuat
tunggakan cepat membengkak jika tidak dibayar penuh. Kenaikkan tunggakan bukan
lagi bergerak secara linear, tapi sudah eksponensial. Itu sebabnya penting
masalah hutang kartu kredit diatasi sejak dini, sebelum jumlahnya membesar dan
menggulung tidak terkendali.
Meskipun hampir semua tahu, bahwa
untuk tidak terjebak hutang, tagihan harus dibayar lunas, kenyataanya masih
banyak yang punya masalah dengan hutang kartu kredit. Tidak sedikit artikel,
wawancara, tulisan di media koran maupun blog, yang sudah membahas masalah ini,
tapi tetap saja di berbagai media kita dengar orang yang terjebak dalam hutang
kartu kredit. Banyak yang tidak membayar lunas tagihannya.
Saat menggunakan kartu, saya pun
sebenarnya selalu ingin membayar lunas. Tidak ada rencana untuk berhutang.
Tetapi, karena tidak tahu berapa banyak pemakaian kartu kredit yang sudah
dilakukan, saya jadi terlena dan terus memakai. Sampai tagihan datang, saya
baru sadar besarnya jumlah tagihan. Setelah itu, praktis tidak bisa berbuat
lain, kecuali membayarnya.
Makanya, punya gambaran tentang
berapa jumlah pemakaian kartu kredit sangat penting. Dan yang lebih penting
lagi, informasi soal pemakaian itu harus diketahui sedini mungkin. Jangan
tunggu sampai terima tagihan. Terlambat. Setelah tagihan datang, tidak ada yang
bisa dilakukan lagi. Sementara, jika tahu sejak awal, paling tidak, kita bisa
mengambil langkah untuk menghindari atau menghentikan tagihan yang membengkak.
Saya mencoba cara ini. Pemakaian
kartu kredit di monitor setiap hari. Struk belanja, yang selama ini hilang
tidak jelas, saya kumpulkan dan paling lambat dua hari, semua belanja sudah
dicatat ke dalam spreadsheet untuk dibuat rekap-nya.
Hasilnya mengejutkan.
Tidak sampai setengah bulan, saya
seharusnya sudah berhenti memakai kartu kredit. Kenapa? Karena jumlah pemakaian
sudah melebih kemampuan keuangan saya. Hal yang selama ini tidak pernah saya
sadari. Pantes saja, gaji selalu “numpang lewat”, ternyata sebagian besar habis
untuk bayar tagihan kartu bulan lalu.
Cara Memantau Kartu Kredit itu Mudah
Karena itu, memantau penggunaan
kartu kredit jadi hal yang patut diperhatikan. Niscaya, hutang kartu kredit pun
bisa dikelola lebih baik. Caranya pun mudah dilakukan.
Pertama, seperti sudah saya jelaskan, mencatat semua transaksi
dengan kartu kredit secara rutin. Jangan menunggu sampai tagihan datang. Setiap
kali habis melakukan transaksi, struk belanja disimpan untuk nanti dicatat dan
direkap. Monitor secara mingguan berapa total pemakaian kartu kredit yang sudah
dilakukan dan bandingkan dengan kemampuan membayar kita.
Dengan begini, posisi penggunaan kartu
kredit bisa dipantau lebih dini, sebelum tagihan datang. Alhasil, jika
penggunaan sudah mendekati batas kemampuan membayar, cepat terdeteksi untuk
kemudian diambil langkah, seperti pengurangan atau penghentian sementara
transaksi dengan kartu kredit.
Seringkali, karena tidak tahu berapa
total transaksi di bulan berjalan., kita tidak menghentikan transaksi, walapun
sebenarnya sudah melebihi kapasitas keuangan. Pencatatan rutin mengingatkan,
apakah transaksi sudah lewat batas atau belum.
Kedua, kalau merasa repot harus menyimpan struk dan mencatatnya
kembali, bisa me-manfaatkan fasilitas mobile banking atau internet banking,
seperti yang tersedia di BCA, Bank Mandiri dan Bank Permata. Di fasilitas ini, setiap transaksi
kartu kredit bisa segera dilihat secara online, segera setelah transaksi
dilakukan. Tidak perlu lagi menunggu sampai lembar tagihan datang..
Biasanya ada jeda waktu, 1 – 3 hari
sejak transaksi dilakukan, sampai tagihan muncul di internet banking. Memang
fasilitas ini belum semua bank penerbit kartu memilikinya. Kita perlu mengecek
ke bank masing – masing apakah memiliki fasilitas ini. Jika ya, sebaiknya
fasilitas dimanfaatkan.
“Tak kenal maka tak sayang”. Begitu
pula dengan pemakaian kartu kredit. Informasinya harus dikenal dan diketahui
sejak awal, supaya langkah pencegahan bisa dilakukan agar hutang tidak sampai
membumbung tinggi. Dan caranya pun tidak sulit.
INFO PENTING.....!!!!!
APABILA ANDA MENGALAMI KENDALA DAN BERMASALAH DENGAN PERBANKAN KHUSUSNYA TAGIHAN KARTU KREDIT DAN KTA........
SEGERA HUBUNGI !!!!!!!
-
telp ,SMS, WA : 0857 3311 1988
pin bb 57deda85
- MEDIASI PRATAMA
Kompleks Ruko Surya Inti Permata Blok F 6-7 lantai 3
Jl. Jemur Andayani Kav 50, Surabaya. Telp / Fax : (031) 849 3040
udah dan (enaknya…) berbelanja dengan kartu kredit
acapkali membuat kita lupa tagihan sudah membengkak, bahkan sudah
melebihi kemampuan bayar. Makanya, penting punya kontrol, dimana
pemakaian kartu kredit dapat diketahui sejak dini, sebelum jumlahnya
menjadi tidak terkendali.
Waktu pertama punya kartu kredit, tidak lama setelah dapat kerja pertama, saya terpikat dengan mudah dan nyamannya menggunakan kartu kredit. Tidak perlu bawa uang tunai jika hendak belanja. Cukup gesek kartu, barang bisa langsung dibawa pulang.
Dengan kartu, saya merasakan beban “kehilangan uang”, yang sering dirasakan saat membayar tunai, terasa hilang. Bayar pakai kartu serasa berbelanja tanpa beban. Saya mengalami yang disebut “buy now pay later” sindrom dalam penggunaan kartu kredit.
Tanpa saya sadari, saking nyamannya, tagihan mulai merangkak naik. Alhasil, saya terjebak dalam hutang kartu kredit. Perlu waktu hampir setahun untuk membereskan hutang tersebut sampai lunas.
Dari pengalaman (pahit..) ini, saya belajar bahwa kartu kredit akan baik selama digunakan sebagai alat pembayaran. Masalah muncul, jika kartu digunakan sebagai alat berhutang. Kapan itu? Saat kita sudah tidak bisa membayar lunas tagihan. Itu indikasi bahwa penggunaan kartu telah melewati kapasitas keuangan kita.
Tingginya bunga kartu kredit membuat tunggakan cepat membengkak jika tidak dibayar penuh. Kenaikkan tunggakan bukan lagi bergerak secara linear, tapi sudah eksponensial. Itu sebabnya penting masalah hutang kartu kredit diatasi sejak dini, sebelum jumlahnya membesar dan menggulung tidak terkendali.
Meskipun hampir semua tahu, bahwa untuk tidak terjebak hutang, tagihan harus dibayar lunas, kenyataanya masih banyak yang punya masalah dengan hutang kartu kredit. Tidak sedikit artikel, wawancara, tulisan di media koran maupun blog, yang sudah membahas masalah ini, tapi tetap saja di berbagai media kita dengar orang yang terjebak dalam hutang kartu kredit. Banyak yang tidak membayar lunas tagihannya.
Saat menggunakan kartu, saya pun sebenarnya selalu ingin membayar lunas. Tidak ada rencana untuk berhutang. Tetapi, karena tidak tahu berapa banyak pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan, saya jadi terlena dan terus memakai. Sampai tagihan datang, saya baru sadar besarnya jumlah tagihan. Setelah itu, praktis tidak bisa berbuat lain, kecuali membayarnya.
Makanya, punya gambaran tentang berapa jumlah pemakaian kartu kredit sangat penting. Dan yang lebih penting lagi, informasi soal pemakaian itu harus diketahui sedini mungkin. Jangan tunggu sampai terima tagihan. Terlambat. Setelah tagihan datang, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Sementara, jika tahu sejak awal, paling tidak, kita bisa mengambil langkah untuk menghindari atau menghentikan tagihan yang membengkak.
Saya mencoba cara ini. Pemakaian kartu kredit di monitor setiap hari. Struk belanja, yang selama ini hilang tidak jelas, saya kumpulkan dan paling lambat dua hari, semua belanja sudah dicatat ke dalam spreadsheet untuk dibuat rekap-nya.
Hasilnya mengejutkan.
Tidak sampai setengah bulan, saya seharusnya sudah berhenti memakai kartu kredit. Kenapa? Karena jumlah pemakaian sudah melebih kemampuan keuangan saya. Hal yang selama ini tidak pernah saya sadari. Pantes saja, gaji selalu “numpang lewat”, ternyata sebagian besar habis untuk bayar tagihan kartu bulan lalu.
Pertama, seperti sudah saya jelaskan, mencatat semua transaksi dengan kartu kredit secara rutin. Jangan menunggu sampai tagihan datang. Setiap kali habis melakukan transaksi, struk belanja disimpan untuk nanti dicatat dan direkap. Monitor secara mingguan berapa total pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan dan bandingkan dengan kemampuan membayar kita.
Dengan begini, posisi penggunaan kartu kredit bisa dipantau lebih dini, sebelum tagihan datang. Alhasil, jika penggunaan sudah mendekati batas kemampuan membayar, cepat terdeteksi untuk kemudian diambil langkah, seperti pengurangan atau penghentian sementara transaksi dengan kartu kredit.
Seringkali, karena tidak tahu berapa total transaksi di bulan berjalan., kita tidak menghentikan transaksi, walapun sebenarnya sudah melebihi kapasitas keuangan. Pencatatan rutin mengingatkan, apakah transaksi sudah lewat batas atau belum.
Kedua, kalau merasa repot harus menyimpan struk dan mencatatnya kembali, bisa me-manfaatkan fasilitas mobile banking atau internet banking, seperti yang tersedia di BCA, Bank Mandiri dan Bank Permata. Di fasilitas ini, setiap transaksi kartu kredit bisa segera dilihat secara online, segera setelah transaksi dilakukan. Tidak perlu lagi menunggu sampai lembar tagihan datang..
Biasanya ada jeda waktu, 1 – 3 hari sejak transaksi dilakukan, sampai tagihan muncul di internet banking. Memang fasilitas ini belum semua bank penerbit kartu memilikinya. Kita perlu mengecek ke bank masing – masing apakah memiliki fasilitas ini. Jika ya, sebaiknya fasilitas dimanfaatkan.
“Tak kenal maka tak sayang”. Begitu pula dengan pemakaian kartu kredit. Informasinya harus dikenal dan diketahui sejak awal, supaya langkah pencegahan bisa dilakukan agar hutang tidak sampai membumbung tinggi. Dan caranya pun tidak sulit.
- See more at: http://www.duwitmu.com/kartu-kredit-pantau-penggunaannya-hindari-terjebak-hutang/#sthash.8O27wUIs.dpuf
Waktu pertama punya kartu kredit, tidak lama setelah dapat kerja pertama, saya terpikat dengan mudah dan nyamannya menggunakan kartu kredit. Tidak perlu bawa uang tunai jika hendak belanja. Cukup gesek kartu, barang bisa langsung dibawa pulang.
Dengan kartu, saya merasakan beban “kehilangan uang”, yang sering dirasakan saat membayar tunai, terasa hilang. Bayar pakai kartu serasa berbelanja tanpa beban. Saya mengalami yang disebut “buy now pay later” sindrom dalam penggunaan kartu kredit.
Tanpa saya sadari, saking nyamannya, tagihan mulai merangkak naik. Alhasil, saya terjebak dalam hutang kartu kredit. Perlu waktu hampir setahun untuk membereskan hutang tersebut sampai lunas.
Dari pengalaman (pahit..) ini, saya belajar bahwa kartu kredit akan baik selama digunakan sebagai alat pembayaran. Masalah muncul, jika kartu digunakan sebagai alat berhutang. Kapan itu? Saat kita sudah tidak bisa membayar lunas tagihan. Itu indikasi bahwa penggunaan kartu telah melewati kapasitas keuangan kita.
Tingginya bunga kartu kredit membuat tunggakan cepat membengkak jika tidak dibayar penuh. Kenaikkan tunggakan bukan lagi bergerak secara linear, tapi sudah eksponensial. Itu sebabnya penting masalah hutang kartu kredit diatasi sejak dini, sebelum jumlahnya membesar dan menggulung tidak terkendali.
Meskipun hampir semua tahu, bahwa untuk tidak terjebak hutang, tagihan harus dibayar lunas, kenyataanya masih banyak yang punya masalah dengan hutang kartu kredit. Tidak sedikit artikel, wawancara, tulisan di media koran maupun blog, yang sudah membahas masalah ini, tapi tetap saja di berbagai media kita dengar orang yang terjebak dalam hutang kartu kredit. Banyak yang tidak membayar lunas tagihannya.
Saat menggunakan kartu, saya pun sebenarnya selalu ingin membayar lunas. Tidak ada rencana untuk berhutang. Tetapi, karena tidak tahu berapa banyak pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan, saya jadi terlena dan terus memakai. Sampai tagihan datang, saya baru sadar besarnya jumlah tagihan. Setelah itu, praktis tidak bisa berbuat lain, kecuali membayarnya.
Makanya, punya gambaran tentang berapa jumlah pemakaian kartu kredit sangat penting. Dan yang lebih penting lagi, informasi soal pemakaian itu harus diketahui sedini mungkin. Jangan tunggu sampai terima tagihan. Terlambat. Setelah tagihan datang, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Sementara, jika tahu sejak awal, paling tidak, kita bisa mengambil langkah untuk menghindari atau menghentikan tagihan yang membengkak.
Saya mencoba cara ini. Pemakaian kartu kredit di monitor setiap hari. Struk belanja, yang selama ini hilang tidak jelas, saya kumpulkan dan paling lambat dua hari, semua belanja sudah dicatat ke dalam spreadsheet untuk dibuat rekap-nya.
Hasilnya mengejutkan.
Tidak sampai setengah bulan, saya seharusnya sudah berhenti memakai kartu kredit. Kenapa? Karena jumlah pemakaian sudah melebih kemampuan keuangan saya. Hal yang selama ini tidak pernah saya sadari. Pantes saja, gaji selalu “numpang lewat”, ternyata sebagian besar habis untuk bayar tagihan kartu bulan lalu.
Cara Memantau Kartu Kredit itu Mudah
Karena itu, memantau penggunaan kartu kredit jadi hal yang patut diperhatikan. Niscaya, hutang kartu kredit pun bisa dikelola lebih baik. Caranya pun mudah dilakukan.Pertama, seperti sudah saya jelaskan, mencatat semua transaksi dengan kartu kredit secara rutin. Jangan menunggu sampai tagihan datang. Setiap kali habis melakukan transaksi, struk belanja disimpan untuk nanti dicatat dan direkap. Monitor secara mingguan berapa total pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan dan bandingkan dengan kemampuan membayar kita.
Dengan begini, posisi penggunaan kartu kredit bisa dipantau lebih dini, sebelum tagihan datang. Alhasil, jika penggunaan sudah mendekati batas kemampuan membayar, cepat terdeteksi untuk kemudian diambil langkah, seperti pengurangan atau penghentian sementara transaksi dengan kartu kredit.
Seringkali, karena tidak tahu berapa total transaksi di bulan berjalan., kita tidak menghentikan transaksi, walapun sebenarnya sudah melebihi kapasitas keuangan. Pencatatan rutin mengingatkan, apakah transaksi sudah lewat batas atau belum.
Kedua, kalau merasa repot harus menyimpan struk dan mencatatnya kembali, bisa me-manfaatkan fasilitas mobile banking atau internet banking, seperti yang tersedia di BCA, Bank Mandiri dan Bank Permata. Di fasilitas ini, setiap transaksi kartu kredit bisa segera dilihat secara online, segera setelah transaksi dilakukan. Tidak perlu lagi menunggu sampai lembar tagihan datang..
Biasanya ada jeda waktu, 1 – 3 hari sejak transaksi dilakukan, sampai tagihan muncul di internet banking. Memang fasilitas ini belum semua bank penerbit kartu memilikinya. Kita perlu mengecek ke bank masing – masing apakah memiliki fasilitas ini. Jika ya, sebaiknya fasilitas dimanfaatkan.
“Tak kenal maka tak sayang”. Begitu pula dengan pemakaian kartu kredit. Informasinya harus dikenal dan diketahui sejak awal, supaya langkah pencegahan bisa dilakukan agar hutang tidak sampai membumbung tinggi. Dan caranya pun tidak sulit.
- See more at: http://www.duwitmu.com/kartu-kredit-pantau-penggunaannya-hindari-terjebak-hutang/#sthash.8O27wUIs.dpuf
udah dan (enaknya…) berbelanja dengan kartu kredit
acapkali membuat kita lupa tagihan sudah membengkak, bahkan sudah
melebihi kemampuan bayar. Makanya, penting punya kontrol, dimana
pemakaian kartu kredit dapat diketahui sejak dini, sebelum jumlahnya
menjadi tidak terkendali.
Waktu pertama punya kartu kredit, tidak lama setelah dapat kerja pertama, saya terpikat dengan mudah dan nyamannya menggunakan kartu kredit. Tidak perlu bawa uang tunai jika hendak belanja. Cukup gesek kartu, barang bisa langsung dibawa pulang.
Dengan kartu, saya merasakan beban “kehilangan uang”, yang sering dirasakan saat membayar tunai, terasa hilang. Bayar pakai kartu serasa berbelanja tanpa beban. Saya mengalami yang disebut “buy now pay later” sindrom dalam penggunaan kartu kredit.
Tanpa saya sadari, saking nyamannya, tagihan mulai merangkak naik. Alhasil, saya terjebak dalam hutang kartu kredit. Perlu waktu hampir setahun untuk membereskan hutang tersebut sampai lunas.
Dari pengalaman (pahit..) ini, saya belajar bahwa kartu kredit akan baik selama digunakan sebagai alat pembayaran. Masalah muncul, jika kartu digunakan sebagai alat berhutang. Kapan itu? Saat kita sudah tidak bisa membayar lunas tagihan. Itu indikasi bahwa penggunaan kartu telah melewati kapasitas keuangan kita.
Tingginya bunga kartu kredit membuat tunggakan cepat membengkak jika tidak dibayar penuh. Kenaikkan tunggakan bukan lagi bergerak secara linear, tapi sudah eksponensial. Itu sebabnya penting masalah hutang kartu kredit diatasi sejak dini, sebelum jumlahnya membesar dan menggulung tidak terkendali.
Meskipun hampir semua tahu, bahwa untuk tidak terjebak hutang, tagihan harus dibayar lunas, kenyataanya masih banyak yang punya masalah dengan hutang kartu kredit. Tidak sedikit artikel, wawancara, tulisan di media koran maupun blog, yang sudah membahas masalah ini, tapi tetap saja di berbagai media kita dengar orang yang terjebak dalam hutang kartu kredit. Banyak yang tidak membayar lunas tagihannya.
Saat menggunakan kartu, saya pun sebenarnya selalu ingin membayar lunas. Tidak ada rencana untuk berhutang. Tetapi, karena tidak tahu berapa banyak pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan, saya jadi terlena dan terus memakai. Sampai tagihan datang, saya baru sadar besarnya jumlah tagihan. Setelah itu, praktis tidak bisa berbuat lain, kecuali membayarnya.
Makanya, punya gambaran tentang berapa jumlah pemakaian kartu kredit sangat penting. Dan yang lebih penting lagi, informasi soal pemakaian itu harus diketahui sedini mungkin. Jangan tunggu sampai terima tagihan. Terlambat. Setelah tagihan datang, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Sementara, jika tahu sejak awal, paling tidak, kita bisa mengambil langkah untuk menghindari atau menghentikan tagihan yang membengkak.
Saya mencoba cara ini. Pemakaian kartu kredit di monitor setiap hari. Struk belanja, yang selama ini hilang tidak jelas, saya kumpulkan dan paling lambat dua hari, semua belanja sudah dicatat ke dalam spreadsheet untuk dibuat rekap-nya.
Hasilnya mengejutkan.
Tidak sampai setengah bulan, saya seharusnya sudah berhenti memakai kartu kredit. Kenapa? Karena jumlah pemakaian sudah melebih kemampuan keuangan saya. Hal yang selama ini tidak pernah saya sadari. Pantes saja, gaji selalu “numpang lewat”, ternyata sebagian besar habis untuk bayar tagihan kartu bulan lalu.
Pertama, seperti sudah saya jelaskan, mencatat semua transaksi dengan kartu kredit secara rutin. Jangan menunggu sampai tagihan datang. Setiap kali habis melakukan transaksi, struk belanja disimpan untuk nanti dicatat dan direkap. Monitor secara mingguan berapa total pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan dan bandingkan dengan kemampuan membayar kita.
Dengan begini, posisi penggunaan kartu kredit bisa dipantau lebih dini, sebelum tagihan datang. Alhasil, jika penggunaan sudah mendekati batas kemampuan membayar, cepat terdeteksi untuk kemudian diambil langkah, seperti pengurangan atau penghentian sementara transaksi dengan kartu kredit.
Seringkali, karena tidak tahu berapa total transaksi di bulan berjalan., kita tidak menghentikan transaksi, walapun sebenarnya sudah melebihi kapasitas keuangan. Pencatatan rutin mengingatkan, apakah transaksi sudah lewat batas atau belum.
Kedua, kalau merasa repot harus menyimpan struk dan mencatatnya kembali, bisa me-manfaatkan fasilitas mobile banking atau internet banking, seperti yang tersedia di BCA, Bank Mandiri dan Bank Permata. Di fasilitas ini, setiap transaksi kartu kredit bisa segera dilihat secara online, segera setelah transaksi dilakukan. Tidak perlu lagi menunggu sampai lembar tagihan datang..
Biasanya ada jeda waktu, 1 – 3 hari sejak transaksi dilakukan, sampai tagihan muncul di internet banking. Memang fasilitas ini belum semua bank penerbit kartu memilikinya. Kita perlu mengecek ke bank masing – masing apakah memiliki fasilitas ini. Jika ya, sebaiknya fasilitas dimanfaatkan.
“Tak kenal maka tak sayang”. Begitu pula dengan pemakaian kartu kredit. Informasinya harus dikenal dan diketahui sejak awal, supaya langkah pencegahan bisa dilakukan agar hutang tidak sampai membumbung tinggi. Dan caranya pun tidak sulit.
- See more at: http://www.duwitmu.com/kartu-kredit-pantau-penggunaannya-hindari-terjebak-hutang/#sthash.8O27wUIs.dpuf
Waktu pertama punya kartu kredit, tidak lama setelah dapat kerja pertama, saya terpikat dengan mudah dan nyamannya menggunakan kartu kredit. Tidak perlu bawa uang tunai jika hendak belanja. Cukup gesek kartu, barang bisa langsung dibawa pulang.
Dengan kartu, saya merasakan beban “kehilangan uang”, yang sering dirasakan saat membayar tunai, terasa hilang. Bayar pakai kartu serasa berbelanja tanpa beban. Saya mengalami yang disebut “buy now pay later” sindrom dalam penggunaan kartu kredit.
Tanpa saya sadari, saking nyamannya, tagihan mulai merangkak naik. Alhasil, saya terjebak dalam hutang kartu kredit. Perlu waktu hampir setahun untuk membereskan hutang tersebut sampai lunas.
Dari pengalaman (pahit..) ini, saya belajar bahwa kartu kredit akan baik selama digunakan sebagai alat pembayaran. Masalah muncul, jika kartu digunakan sebagai alat berhutang. Kapan itu? Saat kita sudah tidak bisa membayar lunas tagihan. Itu indikasi bahwa penggunaan kartu telah melewati kapasitas keuangan kita.
Tingginya bunga kartu kredit membuat tunggakan cepat membengkak jika tidak dibayar penuh. Kenaikkan tunggakan bukan lagi bergerak secara linear, tapi sudah eksponensial. Itu sebabnya penting masalah hutang kartu kredit diatasi sejak dini, sebelum jumlahnya membesar dan menggulung tidak terkendali.
Meskipun hampir semua tahu, bahwa untuk tidak terjebak hutang, tagihan harus dibayar lunas, kenyataanya masih banyak yang punya masalah dengan hutang kartu kredit. Tidak sedikit artikel, wawancara, tulisan di media koran maupun blog, yang sudah membahas masalah ini, tapi tetap saja di berbagai media kita dengar orang yang terjebak dalam hutang kartu kredit. Banyak yang tidak membayar lunas tagihannya.
Saat menggunakan kartu, saya pun sebenarnya selalu ingin membayar lunas. Tidak ada rencana untuk berhutang. Tetapi, karena tidak tahu berapa banyak pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan, saya jadi terlena dan terus memakai. Sampai tagihan datang, saya baru sadar besarnya jumlah tagihan. Setelah itu, praktis tidak bisa berbuat lain, kecuali membayarnya.
Makanya, punya gambaran tentang berapa jumlah pemakaian kartu kredit sangat penting. Dan yang lebih penting lagi, informasi soal pemakaian itu harus diketahui sedini mungkin. Jangan tunggu sampai terima tagihan. Terlambat. Setelah tagihan datang, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Sementara, jika tahu sejak awal, paling tidak, kita bisa mengambil langkah untuk menghindari atau menghentikan tagihan yang membengkak.
Saya mencoba cara ini. Pemakaian kartu kredit di monitor setiap hari. Struk belanja, yang selama ini hilang tidak jelas, saya kumpulkan dan paling lambat dua hari, semua belanja sudah dicatat ke dalam spreadsheet untuk dibuat rekap-nya.
Hasilnya mengejutkan.
Tidak sampai setengah bulan, saya seharusnya sudah berhenti memakai kartu kredit. Kenapa? Karena jumlah pemakaian sudah melebih kemampuan keuangan saya. Hal yang selama ini tidak pernah saya sadari. Pantes saja, gaji selalu “numpang lewat”, ternyata sebagian besar habis untuk bayar tagihan kartu bulan lalu.
Cara Memantau Kartu Kredit itu Mudah
Karena itu, memantau penggunaan kartu kredit jadi hal yang patut diperhatikan. Niscaya, hutang kartu kredit pun bisa dikelola lebih baik. Caranya pun mudah dilakukan.Pertama, seperti sudah saya jelaskan, mencatat semua transaksi dengan kartu kredit secara rutin. Jangan menunggu sampai tagihan datang. Setiap kali habis melakukan transaksi, struk belanja disimpan untuk nanti dicatat dan direkap. Monitor secara mingguan berapa total pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan dan bandingkan dengan kemampuan membayar kita.
Dengan begini, posisi penggunaan kartu kredit bisa dipantau lebih dini, sebelum tagihan datang. Alhasil, jika penggunaan sudah mendekati batas kemampuan membayar, cepat terdeteksi untuk kemudian diambil langkah, seperti pengurangan atau penghentian sementara transaksi dengan kartu kredit.
Seringkali, karena tidak tahu berapa total transaksi di bulan berjalan., kita tidak menghentikan transaksi, walapun sebenarnya sudah melebihi kapasitas keuangan. Pencatatan rutin mengingatkan, apakah transaksi sudah lewat batas atau belum.
Kedua, kalau merasa repot harus menyimpan struk dan mencatatnya kembali, bisa me-manfaatkan fasilitas mobile banking atau internet banking, seperti yang tersedia di BCA, Bank Mandiri dan Bank Permata. Di fasilitas ini, setiap transaksi kartu kredit bisa segera dilihat secara online, segera setelah transaksi dilakukan. Tidak perlu lagi menunggu sampai lembar tagihan datang..
Biasanya ada jeda waktu, 1 – 3 hari sejak transaksi dilakukan, sampai tagihan muncul di internet banking. Memang fasilitas ini belum semua bank penerbit kartu memilikinya. Kita perlu mengecek ke bank masing – masing apakah memiliki fasilitas ini. Jika ya, sebaiknya fasilitas dimanfaatkan.
“Tak kenal maka tak sayang”. Begitu pula dengan pemakaian kartu kredit. Informasinya harus dikenal dan diketahui sejak awal, supaya langkah pencegahan bisa dilakukan agar hutang tidak sampai membumbung tinggi. Dan caranya pun tidak sulit.
- See more at: http://www.duwitmu.com/kartu-kredit-pantau-penggunaannya-hindari-terjebak-hutang/#sthash.8O27wUIs.dpuf
Waktu pertama punya kartu kredit, tidak lama setelah dapat kerja
pertama, saya terpikat dengan mudah dan nyamannya menggunakan kartu
kredit. Tidak perlu bawa uang tunai jika hendak belanja. Cukup gesek
kartu, barang bisa langsung dibawa pulang.
Dengan kartu, saya merasakan beban “kehilangan uang”, yang sering dirasakan saat membayar tunai, terasa hilang. Bayar pakai kartu serasa berbelanja tanpa beban. Saya mengalami yang disebut “buy now pay later” sindrom dalam penggunaan kartu kredit.
Tanpa saya sadari, saking nyamannya, tagihan mulai merangkak naik. Alhasil, saya terjebak dalam hutang kartu kredit. Perlu waktu hampir setahun untuk membereskan hutang tersebut sampai lunas.
Dari pengalaman (pahit..) ini, saya belajar bahwa kartu kredit akan baik selama digunakan sebagai alat pembayaran. Masalah muncul, jika kartu digunakan sebagai alat berhutang. Kapan itu? Saat kita sudah tidak bisa membayar lunas tagihan. Itu indikasi bahwa penggunaan kartu telah melewati kapasitas keuangan kita.
Tingginya bunga kartu kredit membuat tunggakan cepat membengkak jika tidak dibayar penuh. Kenaikkan tunggakan bukan lagi bergerak secara linear, tapi sudah eksponensial. Itu sebabnya penting masalah hutang kartu kredit diatasi sejak dini, sebelum jumlahnya membesar dan menggulung tidak terkendali.
Meskipun hampir semua tahu, bahwa untuk tidak terjebak hutang, tagihan harus dibayar lunas, kenyataanya masih banyak yang punya masalah dengan hutang kartu kredit. Tidak sedikit artikel, wawancara, tulisan di media koran maupun blog, yang sudah membahas masalah ini, tapi tetap saja di berbagai media kita dengar orang yang terjebak dalam hutang kartu kredit. Banyak yang tidak membayar lunas tagihannya.
Saat menggunakan kartu, saya pun sebenarnya selalu ingin membayar lunas. Tidak ada rencana untuk berhutang. Tetapi, karena tidak tahu berapa banyak pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan, saya jadi terlena dan terus memakai. Sampai tagihan datang, saya baru sadar besarnya jumlah tagihan. Setelah itu, praktis tidak bisa berbuat lain, kecuali membayarnya.
Makanya, punya gambaran tentang berapa jumlah pemakaian kartu kredit sangat penting. Dan yang lebih penting lagi, informasi soal pemakaian itu harus diketahui sedini mungkin. Jangan tunggu sampai terima tagihan. Terlambat. Setelah tagihan datang, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Sementara, jika tahu sejak awal, paling tidak, kita bisa mengambil langkah untuk menghindari atau menghentikan tagihan yang membengkak.
Saya mencoba cara ini. Pemakaian kartu kredit di monitor setiap hari. Struk belanja, yang selama ini hilang tidak jelas, saya kumpulkan dan paling lambat dua hari, semua belanja sudah dicatat ke dalam spreadsheet untuk dibuat rekap-nya.
Hasilnya mengejutkan.
Tidak sampai setengah bulan, saya seharusnya sudah berhenti memakai kartu kredit. Kenapa? Karena jumlah pemakaian sudah melebih kemampuan keuangan saya. Hal yang selama ini tidak pernah saya sadari. Pantes saja, gaji selalu “numpang lewat”, ternyata sebagian besar habis untuk bayar tagihan kartu bulan lalu.
Pertama, seperti sudah saya jelaskan, mencatat semua transaksi dengan kartu kredit secara rutin. Jangan menunggu sampai tagihan datang. Setiap kali habis melakukan transaksi, struk belanja disimpan untuk nanti dicatat dan direkap. Monitor secara mingguan berapa total pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan dan bandingkan dengan kemampuan membayar kita.
Dengan begini, posisi penggunaan kartu kredit bisa dipantau lebih dini, sebelum tagihan datang. Alhasil, jika penggunaan sudah mendekati batas kemampuan membayar, cepat terdeteksi untuk kemudian diambil langkah, seperti pengurangan atau penghentian sementara transaksi dengan kartu kredit.
Seringkali, karena tidak tahu berapa total transaksi di bulan berjalan., kita tidak menghentikan transaksi, walapun sebenarnya sudah melebihi kapasitas keuangan. Pencatatan rutin mengingatkan, apakah transaksi sudah lewat batas atau belum.
Kedua, kalau merasa repot harus menyimpan struk dan mencatatnya kembali, bisa me-manfaatkan fasilitas mobile banking atau internet banking, seperti yang tersedia di BCA, Bank Mandiri dan Bank Permata. Di fasilitas ini, setiap transaksi kartu kredit bisa segera dilihat secara online, segera setelah transaksi dilakukan. Tidak perlu lagi menunggu sampai lembar tagihan datang..
Biasanya ada jeda waktu, 1 – 3 hari sejak transaksi dilakukan, sampai tagihan muncul di internet banking. Memang fasilitas ini belum semua bank penerbit kartu memilikinya. Kita perlu mengecek ke bank masing – masing apakah memiliki fasilitas ini. Jika ya, sebaiknya fasilitas dimanfaatkan.
“Tak kenal maka tak sayang”. Begitu pula dengan pemakaian kartu kredit. Informasinya harus dikenal dan diketahui sejak awal, supaya langkah pencegahan bisa dilakukan agar hutang tidak sampai membumbung tinggi. Dan caranya pun tidak sulit.
- See more at: http://www.duwitmu.com/kartu-kredit-pantau-penggunaannya-hindari-terjebak-hutang/#sthash.8O27wUIs.dpuf
Dengan kartu, saya merasakan beban “kehilangan uang”, yang sering dirasakan saat membayar tunai, terasa hilang. Bayar pakai kartu serasa berbelanja tanpa beban. Saya mengalami yang disebut “buy now pay later” sindrom dalam penggunaan kartu kredit.
Tanpa saya sadari, saking nyamannya, tagihan mulai merangkak naik. Alhasil, saya terjebak dalam hutang kartu kredit. Perlu waktu hampir setahun untuk membereskan hutang tersebut sampai lunas.
Dari pengalaman (pahit..) ini, saya belajar bahwa kartu kredit akan baik selama digunakan sebagai alat pembayaran. Masalah muncul, jika kartu digunakan sebagai alat berhutang. Kapan itu? Saat kita sudah tidak bisa membayar lunas tagihan. Itu indikasi bahwa penggunaan kartu telah melewati kapasitas keuangan kita.
Tingginya bunga kartu kredit membuat tunggakan cepat membengkak jika tidak dibayar penuh. Kenaikkan tunggakan bukan lagi bergerak secara linear, tapi sudah eksponensial. Itu sebabnya penting masalah hutang kartu kredit diatasi sejak dini, sebelum jumlahnya membesar dan menggulung tidak terkendali.
Meskipun hampir semua tahu, bahwa untuk tidak terjebak hutang, tagihan harus dibayar lunas, kenyataanya masih banyak yang punya masalah dengan hutang kartu kredit. Tidak sedikit artikel, wawancara, tulisan di media koran maupun blog, yang sudah membahas masalah ini, tapi tetap saja di berbagai media kita dengar orang yang terjebak dalam hutang kartu kredit. Banyak yang tidak membayar lunas tagihannya.
Saat menggunakan kartu, saya pun sebenarnya selalu ingin membayar lunas. Tidak ada rencana untuk berhutang. Tetapi, karena tidak tahu berapa banyak pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan, saya jadi terlena dan terus memakai. Sampai tagihan datang, saya baru sadar besarnya jumlah tagihan. Setelah itu, praktis tidak bisa berbuat lain, kecuali membayarnya.
Makanya, punya gambaran tentang berapa jumlah pemakaian kartu kredit sangat penting. Dan yang lebih penting lagi, informasi soal pemakaian itu harus diketahui sedini mungkin. Jangan tunggu sampai terima tagihan. Terlambat. Setelah tagihan datang, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Sementara, jika tahu sejak awal, paling tidak, kita bisa mengambil langkah untuk menghindari atau menghentikan tagihan yang membengkak.
Saya mencoba cara ini. Pemakaian kartu kredit di monitor setiap hari. Struk belanja, yang selama ini hilang tidak jelas, saya kumpulkan dan paling lambat dua hari, semua belanja sudah dicatat ke dalam spreadsheet untuk dibuat rekap-nya.
Hasilnya mengejutkan.
Tidak sampai setengah bulan, saya seharusnya sudah berhenti memakai kartu kredit. Kenapa? Karena jumlah pemakaian sudah melebih kemampuan keuangan saya. Hal yang selama ini tidak pernah saya sadari. Pantes saja, gaji selalu “numpang lewat”, ternyata sebagian besar habis untuk bayar tagihan kartu bulan lalu.
Cara Memantau Kartu Kredit itu Mudah
Karena itu, memantau penggunaan kartu kredit jadi hal yang patut diperhatikan. Niscaya, hutang kartu kredit pun bisa dikelola lebih baik. Caranya pun mudah dilakukan.Pertama, seperti sudah saya jelaskan, mencatat semua transaksi dengan kartu kredit secara rutin. Jangan menunggu sampai tagihan datang. Setiap kali habis melakukan transaksi, struk belanja disimpan untuk nanti dicatat dan direkap. Monitor secara mingguan berapa total pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan dan bandingkan dengan kemampuan membayar kita.
Dengan begini, posisi penggunaan kartu kredit bisa dipantau lebih dini, sebelum tagihan datang. Alhasil, jika penggunaan sudah mendekati batas kemampuan membayar, cepat terdeteksi untuk kemudian diambil langkah, seperti pengurangan atau penghentian sementara transaksi dengan kartu kredit.
Seringkali, karena tidak tahu berapa total transaksi di bulan berjalan., kita tidak menghentikan transaksi, walapun sebenarnya sudah melebihi kapasitas keuangan. Pencatatan rutin mengingatkan, apakah transaksi sudah lewat batas atau belum.
Kedua, kalau merasa repot harus menyimpan struk dan mencatatnya kembali, bisa me-manfaatkan fasilitas mobile banking atau internet banking, seperti yang tersedia di BCA, Bank Mandiri dan Bank Permata. Di fasilitas ini, setiap transaksi kartu kredit bisa segera dilihat secara online, segera setelah transaksi dilakukan. Tidak perlu lagi menunggu sampai lembar tagihan datang..
Biasanya ada jeda waktu, 1 – 3 hari sejak transaksi dilakukan, sampai tagihan muncul di internet banking. Memang fasilitas ini belum semua bank penerbit kartu memilikinya. Kita perlu mengecek ke bank masing – masing apakah memiliki fasilitas ini. Jika ya, sebaiknya fasilitas dimanfaatkan.
“Tak kenal maka tak sayang”. Begitu pula dengan pemakaian kartu kredit. Informasinya harus dikenal dan diketahui sejak awal, supaya langkah pencegahan bisa dilakukan agar hutang tidak sampai membumbung tinggi. Dan caranya pun tidak sulit.
- See more at: http://www.duwitmu.com/kartu-kredit-pantau-penggunaannya-hindari-terjebak-hutang/#sthash.8O27wUIs.dpuf
udah dan (enaknya…) berbelanja dengan kartu kredit
acapkali membuat kita lupa tagihan sudah membengkak, bahkan sudah
melebihi kemampuan bayar. Makanya, penting punya kontrol, dimana
pemakaian kartu kredit dapat diketahui sejak dini, sebelum jumlahnya
menjadi tidak terkendali.
Waktu pertama punya kartu kredit, tidak lama setelah dapat kerja pertama, saya terpikat dengan mudah dan nyamannya menggunakan kartu kredit. Tidak perlu bawa uang tunai jika hendak belanja. Cukup gesek kartu, barang bisa langsung dibawa pulang.
Dengan kartu, saya merasakan beban “kehilangan uang”, yang sering dirasakan saat membayar tunai, terasa hilang. Bayar pakai kartu serasa berbelanja tanpa beban. Saya mengalami yang disebut “buy now pay later” sindrom dalam penggunaan kartu kredit.
Tanpa saya sadari, saking nyamannya, tagihan mulai merangkak naik. Alhasil, saya terjebak dalam hutang kartu kredit. Perlu waktu hampir setahun untuk membereskan hutang tersebut sampai lunas.
Dari pengalaman (pahit..) ini, saya belajar bahwa kartu kredit akan baik selama digunakan sebagai alat pembayaran. Masalah muncul, jika kartu digunakan sebagai alat berhutang. Kapan itu? Saat kita sudah tidak bisa membayar lunas tagihan. Itu indikasi bahwa penggunaan kartu telah melewati kapasitas keuangan kita.
Tingginya bunga kartu kredit membuat tunggakan cepat membengkak jika tidak dibayar penuh. Kenaikkan tunggakan bukan lagi bergerak secara linear, tapi sudah eksponensial. Itu sebabnya penting masalah hutang kartu kredit diatasi sejak dini, sebelum jumlahnya membesar dan menggulung tidak terkendali.
Meskipun hampir semua tahu, bahwa untuk tidak terjebak hutang, tagihan harus dibayar lunas, kenyataanya masih banyak yang punya masalah dengan hutang kartu kredit. Tidak sedikit artikel, wawancara, tulisan di media koran maupun blog, yang sudah membahas masalah ini, tapi tetap saja di berbagai media kita dengar orang yang terjebak dalam hutang kartu kredit. Banyak yang tidak membayar lunas tagihannya.
Saat menggunakan kartu, saya pun sebenarnya selalu ingin membayar lunas. Tidak ada rencana untuk berhutang. Tetapi, karena tidak tahu berapa banyak pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan, saya jadi terlena dan terus memakai. Sampai tagihan datang, saya baru sadar besarnya jumlah tagihan. Setelah itu, praktis tidak bisa berbuat lain, kecuali membayarnya.
Makanya, punya gambaran tentang berapa jumlah pemakaian kartu kredit sangat penting. Dan yang lebih penting lagi, informasi soal pemakaian itu harus diketahui sedini mungkin. Jangan tunggu sampai terima tagihan. Terlambat. Setelah tagihan datang, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Sementara, jika tahu sejak awal, paling tidak, kita bisa mengambil langkah untuk menghindari atau menghentikan tagihan yang membengkak.
Saya mencoba cara ini. Pemakaian kartu kredit di monitor setiap hari. Struk belanja, yang selama ini hilang tidak jelas, saya kumpulkan dan paling lambat dua hari, semua belanja sudah dicatat ke dalam spreadsheet untuk dibuat rekap-nya.
Hasilnya mengejutkan.
Tidak sampai setengah bulan, saya seharusnya sudah berhenti memakai kartu kredit. Kenapa? Karena jumlah pemakaian sudah melebih kemampuan keuangan saya. Hal yang selama ini tidak pernah saya sadari. Pantes saja, gaji selalu “numpang lewat”, ternyata sebagian besar habis untuk bayar tagihan kartu bulan lalu.
Pertama, seperti sudah saya jelaskan, mencatat semua transaksi dengan kartu kredit secara rutin. Jangan menunggu sampai tagihan datang. Setiap kali habis melakukan transaksi, struk belanja disimpan untuk nanti dicatat dan direkap. Monitor secara mingguan berapa total pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan dan bandingkan dengan kemampuan membayar kita.
Dengan begini, posisi penggunaan kartu kredit bisa dipantau lebih dini, sebelum tagihan datang. Alhasil, jika penggunaan sudah mendekati batas kemampuan membayar, cepat terdeteksi untuk kemudian diambil langkah, seperti pengurangan atau penghentian sementara transaksi dengan kartu kredit.
Seringkali, karena tidak tahu berapa total transaksi di bulan berjalan., kita tidak menghentikan transaksi, walapun sebenarnya sudah melebihi kapasitas keuangan. Pencatatan rutin mengingatkan, apakah transaksi sudah lewat batas atau belum.
Kedua, kalau merasa repot harus menyimpan struk dan mencatatnya kembali, bisa me-manfaatkan fasilitas mobile banking atau internet banking, seperti yang tersedia di BCA, Bank Mandiri dan Bank Permata. Di fasilitas ini, setiap transaksi kartu kredit bisa segera dilihat secara online, segera setelah transaksi dilakukan. Tidak perlu lagi menunggu sampai lembar tagihan datang..
Biasanya ada jeda waktu, 1 – 3 hari sejak transaksi dilakukan, sampai tagihan muncul di internet banking. Memang fasilitas ini belum semua bank penerbit kartu memilikinya. Kita perlu mengecek ke bank masing – masing apakah memiliki fasilitas ini. Jika ya, sebaiknya fasilitas dimanfaatkan.
“Tak kenal maka tak sayang”. Begitu pula dengan pemakaian kartu kredit. Informasinya harus dikenal dan diketahui sejak awal, supaya langkah pencegahan bisa dilakukan agar hutang tidak sampai membumbung tinggi. Dan caranya pun tidak sulit.
- See more at: http://www.duwitmu.com/kartu-kredit-pantau-penggunaannya-hindari-terjebak-hutang/#sthash.8O27wUIs.dpuf
Waktu pertama punya kartu kredit, tidak lama setelah dapat kerja pertama, saya terpikat dengan mudah dan nyamannya menggunakan kartu kredit. Tidak perlu bawa uang tunai jika hendak belanja. Cukup gesek kartu, barang bisa langsung dibawa pulang.
Dengan kartu, saya merasakan beban “kehilangan uang”, yang sering dirasakan saat membayar tunai, terasa hilang. Bayar pakai kartu serasa berbelanja tanpa beban. Saya mengalami yang disebut “buy now pay later” sindrom dalam penggunaan kartu kredit.
Tanpa saya sadari, saking nyamannya, tagihan mulai merangkak naik. Alhasil, saya terjebak dalam hutang kartu kredit. Perlu waktu hampir setahun untuk membereskan hutang tersebut sampai lunas.
Dari pengalaman (pahit..) ini, saya belajar bahwa kartu kredit akan baik selama digunakan sebagai alat pembayaran. Masalah muncul, jika kartu digunakan sebagai alat berhutang. Kapan itu? Saat kita sudah tidak bisa membayar lunas tagihan. Itu indikasi bahwa penggunaan kartu telah melewati kapasitas keuangan kita.
Tingginya bunga kartu kredit membuat tunggakan cepat membengkak jika tidak dibayar penuh. Kenaikkan tunggakan bukan lagi bergerak secara linear, tapi sudah eksponensial. Itu sebabnya penting masalah hutang kartu kredit diatasi sejak dini, sebelum jumlahnya membesar dan menggulung tidak terkendali.
Meskipun hampir semua tahu, bahwa untuk tidak terjebak hutang, tagihan harus dibayar lunas, kenyataanya masih banyak yang punya masalah dengan hutang kartu kredit. Tidak sedikit artikel, wawancara, tulisan di media koran maupun blog, yang sudah membahas masalah ini, tapi tetap saja di berbagai media kita dengar orang yang terjebak dalam hutang kartu kredit. Banyak yang tidak membayar lunas tagihannya.
Saat menggunakan kartu, saya pun sebenarnya selalu ingin membayar lunas. Tidak ada rencana untuk berhutang. Tetapi, karena tidak tahu berapa banyak pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan, saya jadi terlena dan terus memakai. Sampai tagihan datang, saya baru sadar besarnya jumlah tagihan. Setelah itu, praktis tidak bisa berbuat lain, kecuali membayarnya.
Makanya, punya gambaran tentang berapa jumlah pemakaian kartu kredit sangat penting. Dan yang lebih penting lagi, informasi soal pemakaian itu harus diketahui sedini mungkin. Jangan tunggu sampai terima tagihan. Terlambat. Setelah tagihan datang, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Sementara, jika tahu sejak awal, paling tidak, kita bisa mengambil langkah untuk menghindari atau menghentikan tagihan yang membengkak.
Saya mencoba cara ini. Pemakaian kartu kredit di monitor setiap hari. Struk belanja, yang selama ini hilang tidak jelas, saya kumpulkan dan paling lambat dua hari, semua belanja sudah dicatat ke dalam spreadsheet untuk dibuat rekap-nya.
Hasilnya mengejutkan.
Tidak sampai setengah bulan, saya seharusnya sudah berhenti memakai kartu kredit. Kenapa? Karena jumlah pemakaian sudah melebih kemampuan keuangan saya. Hal yang selama ini tidak pernah saya sadari. Pantes saja, gaji selalu “numpang lewat”, ternyata sebagian besar habis untuk bayar tagihan kartu bulan lalu.
Cara Memantau Kartu Kredit itu Mudah
Karena itu, memantau penggunaan kartu kredit jadi hal yang patut diperhatikan. Niscaya, hutang kartu kredit pun bisa dikelola lebih baik. Caranya pun mudah dilakukan.Pertama, seperti sudah saya jelaskan, mencatat semua transaksi dengan kartu kredit secara rutin. Jangan menunggu sampai tagihan datang. Setiap kali habis melakukan transaksi, struk belanja disimpan untuk nanti dicatat dan direkap. Monitor secara mingguan berapa total pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan dan bandingkan dengan kemampuan membayar kita.
Dengan begini, posisi penggunaan kartu kredit bisa dipantau lebih dini, sebelum tagihan datang. Alhasil, jika penggunaan sudah mendekati batas kemampuan membayar, cepat terdeteksi untuk kemudian diambil langkah, seperti pengurangan atau penghentian sementara transaksi dengan kartu kredit.
Seringkali, karena tidak tahu berapa total transaksi di bulan berjalan., kita tidak menghentikan transaksi, walapun sebenarnya sudah melebihi kapasitas keuangan. Pencatatan rutin mengingatkan, apakah transaksi sudah lewat batas atau belum.
Kedua, kalau merasa repot harus menyimpan struk dan mencatatnya kembali, bisa me-manfaatkan fasilitas mobile banking atau internet banking, seperti yang tersedia di BCA, Bank Mandiri dan Bank Permata. Di fasilitas ini, setiap transaksi kartu kredit bisa segera dilihat secara online, segera setelah transaksi dilakukan. Tidak perlu lagi menunggu sampai lembar tagihan datang..
Biasanya ada jeda waktu, 1 – 3 hari sejak transaksi dilakukan, sampai tagihan muncul di internet banking. Memang fasilitas ini belum semua bank penerbit kartu memilikinya. Kita perlu mengecek ke bank masing – masing apakah memiliki fasilitas ini. Jika ya, sebaiknya fasilitas dimanfaatkan.
“Tak kenal maka tak sayang”. Begitu pula dengan pemakaian kartu kredit. Informasinya harus dikenal dan diketahui sejak awal, supaya langkah pencegahan bisa dilakukan agar hutang tidak sampai membumbung tinggi. Dan caranya pun tidak sulit.
- See more at: http://www.duwitmu.com/kartu-kredit-pantau-penggunaannya-hindari-terjebak-hutang/#sthash.8O27wUIs.dpuf
udah dan (enaknya…) berbelanja dengan kartu kredit
acapkali membuat kita lupa tagihan sudah membengkak, bahkan sudah
melebihi kemampuan bayar. Makanya, penting punya kontrol, dimana
pemakaian kartu kredit dapat diketahui sejak dini, sebelum jumlahnya
menjadi tidak terkendali.
Waktu pertama punya kartu kredit, tidak lama setelah dapat kerja pertama, saya terpikat dengan mudah dan nyamannya menggunakan kartu kredit. Tidak perlu bawa uang tunai jika hendak belanja. Cukup gesek kartu, barang bisa langsung dibawa pulang.
Dengan kartu, saya merasakan beban “kehilangan uang”, yang sering dirasakan saat membayar tunai, terasa hilang. Bayar pakai kartu serasa berbelanja tanpa beban. Saya mengalami yang disebut “buy now pay later” sindrom dalam penggunaan kartu kredit.
Tanpa saya sadari, saking nyamannya, tagihan mulai merangkak naik. Alhasil, saya terjebak dalam hutang kartu kredit. Perlu waktu hampir setahun untuk membereskan hutang tersebut sampai lunas.
Dari pengalaman (pahit..) ini, saya belajar bahwa kartu kredit akan baik selama digunakan sebagai alat pembayaran. Masalah muncul, jika kartu digunakan sebagai alat berhutang. Kapan itu? Saat kita sudah tidak bisa membayar lunas tagihan. Itu indikasi bahwa penggunaan kartu telah melewati kapasitas keuangan kita.
Tingginya bunga kartu kredit membuat tunggakan cepat membengkak jika tidak dibayar penuh. Kenaikkan tunggakan bukan lagi bergerak secara linear, tapi sudah eksponensial. Itu sebabnya penting masalah hutang kartu kredit diatasi sejak dini, sebelum jumlahnya membesar dan menggulung tidak terkendali.
Meskipun hampir semua tahu, bahwa untuk tidak terjebak hutang, tagihan harus dibayar lunas, kenyataanya masih banyak yang punya masalah dengan hutang kartu kredit. Tidak sedikit artikel, wawancara, tulisan di media koran maupun blog, yang sudah membahas masalah ini, tapi tetap saja di berbagai media kita dengar orang yang terjebak dalam hutang kartu kredit. Banyak yang tidak membayar lunas tagihannya.
Saat menggunakan kartu, saya pun sebenarnya selalu ingin membayar lunas. Tidak ada rencana untuk berhutang. Tetapi, karena tidak tahu berapa banyak pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan, saya jadi terlena dan terus memakai. Sampai tagihan datang, saya baru sadar besarnya jumlah tagihan. Setelah itu, praktis tidak bisa berbuat lain, kecuali membayarnya.
Makanya, punya gambaran tentang berapa jumlah pemakaian kartu kredit sangat penting. Dan yang lebih penting lagi, informasi soal pemakaian itu harus diketahui sedini mungkin. Jangan tunggu sampai terima tagihan. Terlambat. Setelah tagihan datang, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Sementara, jika tahu sejak awal, paling tidak, kita bisa mengambil langkah untuk menghindari atau menghentikan tagihan yang membengkak.
Saya mencoba cara ini. Pemakaian kartu kredit di monitor setiap hari. Struk belanja, yang selama ini hilang tidak jelas, saya kumpulkan dan paling lambat dua hari, semua belanja sudah dicatat ke dalam spreadsheet untuk dibuat rekap-nya.
Hasilnya mengejutkan.
Tidak sampai setengah bulan, saya seharusnya sudah berhenti memakai kartu kredit. Kenapa? Karena jumlah pemakaian sudah melebih kemampuan keuangan saya. Hal yang selama ini tidak pernah saya sadari. Pantes saja, gaji selalu “numpang lewat”, ternyata sebagian besar habis untuk bayar tagihan kartu bulan lalu.
Pertama, seperti sudah saya jelaskan, mencatat semua transaksi dengan kartu kredit secara rutin. Jangan menunggu sampai tagihan datang. Setiap kali habis melakukan transaksi, struk belanja disimpan untuk nanti dicatat dan direkap. Monitor secara mingguan berapa total pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan dan bandingkan dengan kemampuan membayar kita.
Dengan begini, posisi penggunaan kartu kredit bisa dipantau lebih dini, sebelum tagihan datang. Alhasil, jika penggunaan sudah mendekati batas kemampuan membayar, cepat terdeteksi untuk kemudian diambil langkah, seperti pengurangan atau penghentian sementara transaksi dengan kartu kredit.
Seringkali, karena tidak tahu berapa total transaksi di bulan berjalan., kita tidak menghentikan transaksi, walapun sebenarnya sudah melebihi kapasitas keuangan. Pencatatan rutin mengingatkan, apakah transaksi sudah lewat batas atau belum.
Kedua, kalau merasa repot harus menyimpan struk dan mencatatnya kembali, bisa me-manfaatkan fasilitas mobile banking atau internet banking, seperti yang tersedia di BCA, Bank Mandiri dan Bank Permata. Di fasilitas ini, setiap transaksi kartu kredit bisa segera dilihat secara online, segera setelah transaksi dilakukan. Tidak perlu lagi menunggu sampai lembar tagihan datang..
Biasanya ada jeda waktu, 1 – 3 hari sejak transaksi dilakukan, sampai tagihan muncul di internet banking. Memang fasilitas ini belum semua bank penerbit kartu memilikinya. Kita perlu mengecek ke bank masing – masing apakah memiliki fasilitas ini. Jika ya, sebaiknya fasilitas dimanfaatkan.
“Tak kenal maka tak sayang”. Begitu pula dengan pemakaian kartu kredit. Informasinya harus dikenal dan diketahui sejak awal, supaya langkah pencegahan bisa dilakukan agar hutang tidak sampai membumbung tinggi. Dan caranya pun tidak sulit.
- See more at: http://www.duwitmu.com/kartu-kredit-pantau-penggunaannya-hindari-terjebak-hutang/#sthash.8O27wUIs.dpuf
Waktu pertama punya kartu kredit, tidak lama setelah dapat kerja pertama, saya terpikat dengan mudah dan nyamannya menggunakan kartu kredit. Tidak perlu bawa uang tunai jika hendak belanja. Cukup gesek kartu, barang bisa langsung dibawa pulang.
Dengan kartu, saya merasakan beban “kehilangan uang”, yang sering dirasakan saat membayar tunai, terasa hilang. Bayar pakai kartu serasa berbelanja tanpa beban. Saya mengalami yang disebut “buy now pay later” sindrom dalam penggunaan kartu kredit.
Tanpa saya sadari, saking nyamannya, tagihan mulai merangkak naik. Alhasil, saya terjebak dalam hutang kartu kredit. Perlu waktu hampir setahun untuk membereskan hutang tersebut sampai lunas.
Dari pengalaman (pahit..) ini, saya belajar bahwa kartu kredit akan baik selama digunakan sebagai alat pembayaran. Masalah muncul, jika kartu digunakan sebagai alat berhutang. Kapan itu? Saat kita sudah tidak bisa membayar lunas tagihan. Itu indikasi bahwa penggunaan kartu telah melewati kapasitas keuangan kita.
Tingginya bunga kartu kredit membuat tunggakan cepat membengkak jika tidak dibayar penuh. Kenaikkan tunggakan bukan lagi bergerak secara linear, tapi sudah eksponensial. Itu sebabnya penting masalah hutang kartu kredit diatasi sejak dini, sebelum jumlahnya membesar dan menggulung tidak terkendali.
Meskipun hampir semua tahu, bahwa untuk tidak terjebak hutang, tagihan harus dibayar lunas, kenyataanya masih banyak yang punya masalah dengan hutang kartu kredit. Tidak sedikit artikel, wawancara, tulisan di media koran maupun blog, yang sudah membahas masalah ini, tapi tetap saja di berbagai media kita dengar orang yang terjebak dalam hutang kartu kredit. Banyak yang tidak membayar lunas tagihannya.
Saat menggunakan kartu, saya pun sebenarnya selalu ingin membayar lunas. Tidak ada rencana untuk berhutang. Tetapi, karena tidak tahu berapa banyak pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan, saya jadi terlena dan terus memakai. Sampai tagihan datang, saya baru sadar besarnya jumlah tagihan. Setelah itu, praktis tidak bisa berbuat lain, kecuali membayarnya.
Makanya, punya gambaran tentang berapa jumlah pemakaian kartu kredit sangat penting. Dan yang lebih penting lagi, informasi soal pemakaian itu harus diketahui sedini mungkin. Jangan tunggu sampai terima tagihan. Terlambat. Setelah tagihan datang, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Sementara, jika tahu sejak awal, paling tidak, kita bisa mengambil langkah untuk menghindari atau menghentikan tagihan yang membengkak.
Saya mencoba cara ini. Pemakaian kartu kredit di monitor setiap hari. Struk belanja, yang selama ini hilang tidak jelas, saya kumpulkan dan paling lambat dua hari, semua belanja sudah dicatat ke dalam spreadsheet untuk dibuat rekap-nya.
Hasilnya mengejutkan.
Tidak sampai setengah bulan, saya seharusnya sudah berhenti memakai kartu kredit. Kenapa? Karena jumlah pemakaian sudah melebih kemampuan keuangan saya. Hal yang selama ini tidak pernah saya sadari. Pantes saja, gaji selalu “numpang lewat”, ternyata sebagian besar habis untuk bayar tagihan kartu bulan lalu.
Cara Memantau Kartu Kredit itu Mudah
Karena itu, memantau penggunaan kartu kredit jadi hal yang patut diperhatikan. Niscaya, hutang kartu kredit pun bisa dikelola lebih baik. Caranya pun mudah dilakukan.Pertama, seperti sudah saya jelaskan, mencatat semua transaksi dengan kartu kredit secara rutin. Jangan menunggu sampai tagihan datang. Setiap kali habis melakukan transaksi, struk belanja disimpan untuk nanti dicatat dan direkap. Monitor secara mingguan berapa total pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan dan bandingkan dengan kemampuan membayar kita.
Dengan begini, posisi penggunaan kartu kredit bisa dipantau lebih dini, sebelum tagihan datang. Alhasil, jika penggunaan sudah mendekati batas kemampuan membayar, cepat terdeteksi untuk kemudian diambil langkah, seperti pengurangan atau penghentian sementara transaksi dengan kartu kredit.
Seringkali, karena tidak tahu berapa total transaksi di bulan berjalan., kita tidak menghentikan transaksi, walapun sebenarnya sudah melebihi kapasitas keuangan. Pencatatan rutin mengingatkan, apakah transaksi sudah lewat batas atau belum.
Kedua, kalau merasa repot harus menyimpan struk dan mencatatnya kembali, bisa me-manfaatkan fasilitas mobile banking atau internet banking, seperti yang tersedia di BCA, Bank Mandiri dan Bank Permata. Di fasilitas ini, setiap transaksi kartu kredit bisa segera dilihat secara online, segera setelah transaksi dilakukan. Tidak perlu lagi menunggu sampai lembar tagihan datang..
Biasanya ada jeda waktu, 1 – 3 hari sejak transaksi dilakukan, sampai tagihan muncul di internet banking. Memang fasilitas ini belum semua bank penerbit kartu memilikinya. Kita perlu mengecek ke bank masing – masing apakah memiliki fasilitas ini. Jika ya, sebaiknya fasilitas dimanfaatkan.
“Tak kenal maka tak sayang”. Begitu pula dengan pemakaian kartu kredit. Informasinya harus dikenal dan diketahui sejak awal, supaya langkah pencegahan bisa dilakukan agar hutang tidak sampai membumbung tinggi. Dan caranya pun tidak sulit.
- See more at: http://www.duwitmu.com/kartu-kredit-pantau-penggunaannya-hindari-terjebak-hutang/#sthash.8O27wUIs.dpuf
udah dan (enaknya…) berbelanja dengan kartu kredit
acapkali membuat kita lupa tagihan sudah membengkak, bahkan sudah
melebihi kemampuan bayar. Makanya, penting punya kontrol, dimana
pemakaian kartu kredit dapat diketahui sejak dini, sebelum jumlahnya
menjadi tidak terkendali.
Waktu pertama punya kartu kredit, tidak lama setelah dapat kerja pertama, saya terpikat dengan mudah dan nyamannya menggunakan kartu kredit. Tidak perlu bawa uang tunai jika hendak belanja. Cukup gesek kartu, barang bisa langsung dibawa pulang.
Dengan kartu, saya merasakan beban “kehilangan uang”, yang sering dirasakan saat membayar tunai, terasa hilang. Bayar pakai kartu serasa berbelanja tanpa beban. Saya mengalami yang disebut “buy now pay later” sindrom dalam penggunaan kartu kredit.
Tanpa saya sadari, saking nyamannya, tagihan mulai merangkak naik. Alhasil, saya terjebak dalam hutang kartu kredit. Perlu waktu hampir setahun untuk membereskan hutang tersebut sampai lunas.
Dari pengalaman (pahit..) ini, saya belajar bahwa kartu kredit akan baik selama digunakan sebagai alat pembayaran. Masalah muncul, jika kartu digunakan sebagai alat berhutang. Kapan itu? Saat kita sudah tidak bisa membayar lunas tagihan. Itu indikasi bahwa penggunaan kartu telah melewati kapasitas keuangan kita.
Tingginya bunga kartu kredit membuat tunggakan cepat membengkak jika tidak dibayar penuh. Kenaikkan tunggakan bukan lagi bergerak secara linear, tapi sudah eksponensial. Itu sebabnya penting masalah hutang kartu kredit diatasi sejak dini, sebelum jumlahnya membesar dan menggulung tidak terkendali.
Meskipun hampir semua tahu, bahwa untuk tidak terjebak hutang, tagihan harus dibayar lunas, kenyataanya masih banyak yang punya masalah dengan hutang kartu kredit. Tidak sedikit artikel, wawancara, tulisan di media koran maupun blog, yang sudah membahas masalah ini, tapi tetap saja di berbagai media kita dengar orang yang terjebak dalam hutang kartu kredit. Banyak yang tidak membayar lunas tagihannya.
Saat menggunakan kartu, saya pun sebenarnya selalu ingin membayar lunas. Tidak ada rencana untuk berhutang. Tetapi, karena tidak tahu berapa banyak pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan, saya jadi terlena dan terus memakai. Sampai tagihan datang, saya baru sadar besarnya jumlah tagihan. Setelah itu, praktis tidak bisa berbuat lain, kecuali membayarnya.
Makanya, punya gambaran tentang berapa jumlah pemakaian kartu kredit sangat penting. Dan yang lebih penting lagi, informasi soal pemakaian itu harus diketahui sedini mungkin. Jangan tunggu sampai terima tagihan. Terlambat. Setelah tagihan datang, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Sementara, jika tahu sejak awal, paling tidak, kita bisa mengambil langkah untuk menghindari atau menghentikan tagihan yang membengkak.
Saya mencoba cara ini. Pemakaian kartu kredit di monitor setiap hari. Struk belanja, yang selama ini hilang tidak jelas, saya kumpulkan dan paling lambat dua hari, semua belanja sudah dicatat ke dalam spreadsheet untuk dibuat rekap-nya.
Hasilnya mengejutkan.
Tidak sampai setengah bulan, saya seharusnya sudah berhenti memakai kartu kredit. Kenapa? Karena jumlah pemakaian sudah melebih kemampuan keuangan saya. Hal yang selama ini tidak pernah saya sadari. Pantes saja, gaji selalu “numpang lewat”, ternyata sebagian besar habis untuk bayar tagihan kartu bulan lalu.
Pertama, seperti sudah saya jelaskan, mencatat semua transaksi dengan kartu kredit secara rutin. Jangan menunggu sampai tagihan datang. Setiap kali habis melakukan transaksi, struk belanja disimpan untuk nanti dicatat dan direkap. Monitor secara mingguan berapa total pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan dan bandingkan dengan kemampuan membayar kita.
Dengan begini, posisi penggunaan kartu kredit bisa dipantau lebih dini, sebelum tagihan datang. Alhasil, jika penggunaan sudah mendekati batas kemampuan membayar, cepat terdeteksi untuk kemudian diambil langkah, seperti pengurangan atau penghentian sementara transaksi dengan kartu kredit.
Seringkali, karena tidak tahu berapa total transaksi di bulan berjalan., kita tidak menghentikan transaksi, walapun sebenarnya sudah melebihi kapasitas keuangan. Pencatatan rutin mengingatkan, apakah transaksi sudah lewat batas atau belum.
Kedua, kalau merasa repot harus menyimpan struk dan mencatatnya kembali, bisa me-manfaatkan fasilitas mobile banking atau internet banking, seperti yang tersedia di BCA, Bank Mandiri dan Bank Permata. Di fasilitas ini, setiap transaksi kartu kredit bisa segera dilihat secara online, segera setelah transaksi dilakukan. Tidak perlu lagi menunggu sampai lembar tagihan datang..
Biasanya ada jeda waktu, 1 – 3 hari sejak transaksi dilakukan, sampai tagihan muncul di internet banking. Memang fasilitas ini belum semua bank penerbit kartu memilikinya. Kita perlu mengecek ke bank masing – masing apakah memiliki fasilitas ini. Jika ya, sebaiknya fasilitas dimanfaatkan.
“Tak kenal maka tak sayang”. Begitu pula dengan pemakaian kartu kredit. Informasinya harus dikenal dan diketahui sejak awal, supaya langkah pencegahan bisa dilakukan agar hutang tidak sampai membumbung tinggi. Dan caranya pun tidak sulit.
- See more at: http://www.duwitmu.com/kartu-kredit-pantau-penggunaannya-hindari-terjebak-hutang/#sthash.8O27wUIs.dpuf
Waktu pertama punya kartu kredit, tidak lama setelah dapat kerja pertama, saya terpikat dengan mudah dan nyamannya menggunakan kartu kredit. Tidak perlu bawa uang tunai jika hendak belanja. Cukup gesek kartu, barang bisa langsung dibawa pulang.
Dengan kartu, saya merasakan beban “kehilangan uang”, yang sering dirasakan saat membayar tunai, terasa hilang. Bayar pakai kartu serasa berbelanja tanpa beban. Saya mengalami yang disebut “buy now pay later” sindrom dalam penggunaan kartu kredit.
Tanpa saya sadari, saking nyamannya, tagihan mulai merangkak naik. Alhasil, saya terjebak dalam hutang kartu kredit. Perlu waktu hampir setahun untuk membereskan hutang tersebut sampai lunas.
Dari pengalaman (pahit..) ini, saya belajar bahwa kartu kredit akan baik selama digunakan sebagai alat pembayaran. Masalah muncul, jika kartu digunakan sebagai alat berhutang. Kapan itu? Saat kita sudah tidak bisa membayar lunas tagihan. Itu indikasi bahwa penggunaan kartu telah melewati kapasitas keuangan kita.
Tingginya bunga kartu kredit membuat tunggakan cepat membengkak jika tidak dibayar penuh. Kenaikkan tunggakan bukan lagi bergerak secara linear, tapi sudah eksponensial. Itu sebabnya penting masalah hutang kartu kredit diatasi sejak dini, sebelum jumlahnya membesar dan menggulung tidak terkendali.
Meskipun hampir semua tahu, bahwa untuk tidak terjebak hutang, tagihan harus dibayar lunas, kenyataanya masih banyak yang punya masalah dengan hutang kartu kredit. Tidak sedikit artikel, wawancara, tulisan di media koran maupun blog, yang sudah membahas masalah ini, tapi tetap saja di berbagai media kita dengar orang yang terjebak dalam hutang kartu kredit. Banyak yang tidak membayar lunas tagihannya.
Saat menggunakan kartu, saya pun sebenarnya selalu ingin membayar lunas. Tidak ada rencana untuk berhutang. Tetapi, karena tidak tahu berapa banyak pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan, saya jadi terlena dan terus memakai. Sampai tagihan datang, saya baru sadar besarnya jumlah tagihan. Setelah itu, praktis tidak bisa berbuat lain, kecuali membayarnya.
Makanya, punya gambaran tentang berapa jumlah pemakaian kartu kredit sangat penting. Dan yang lebih penting lagi, informasi soal pemakaian itu harus diketahui sedini mungkin. Jangan tunggu sampai terima tagihan. Terlambat. Setelah tagihan datang, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Sementara, jika tahu sejak awal, paling tidak, kita bisa mengambil langkah untuk menghindari atau menghentikan tagihan yang membengkak.
Saya mencoba cara ini. Pemakaian kartu kredit di monitor setiap hari. Struk belanja, yang selama ini hilang tidak jelas, saya kumpulkan dan paling lambat dua hari, semua belanja sudah dicatat ke dalam spreadsheet untuk dibuat rekap-nya.
Hasilnya mengejutkan.
Tidak sampai setengah bulan, saya seharusnya sudah berhenti memakai kartu kredit. Kenapa? Karena jumlah pemakaian sudah melebih kemampuan keuangan saya. Hal yang selama ini tidak pernah saya sadari. Pantes saja, gaji selalu “numpang lewat”, ternyata sebagian besar habis untuk bayar tagihan kartu bulan lalu.
Cara Memantau Kartu Kredit itu Mudah
Karena itu, memantau penggunaan kartu kredit jadi hal yang patut diperhatikan. Niscaya, hutang kartu kredit pun bisa dikelola lebih baik. Caranya pun mudah dilakukan.Pertama, seperti sudah saya jelaskan, mencatat semua transaksi dengan kartu kredit secara rutin. Jangan menunggu sampai tagihan datang. Setiap kali habis melakukan transaksi, struk belanja disimpan untuk nanti dicatat dan direkap. Monitor secara mingguan berapa total pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan dan bandingkan dengan kemampuan membayar kita.
Dengan begini, posisi penggunaan kartu kredit bisa dipantau lebih dini, sebelum tagihan datang. Alhasil, jika penggunaan sudah mendekati batas kemampuan membayar, cepat terdeteksi untuk kemudian diambil langkah, seperti pengurangan atau penghentian sementara transaksi dengan kartu kredit.
Seringkali, karena tidak tahu berapa total transaksi di bulan berjalan., kita tidak menghentikan transaksi, walapun sebenarnya sudah melebihi kapasitas keuangan. Pencatatan rutin mengingatkan, apakah transaksi sudah lewat batas atau belum.
Kedua, kalau merasa repot harus menyimpan struk dan mencatatnya kembali, bisa me-manfaatkan fasilitas mobile banking atau internet banking, seperti yang tersedia di BCA, Bank Mandiri dan Bank Permata. Di fasilitas ini, setiap transaksi kartu kredit bisa segera dilihat secara online, segera setelah transaksi dilakukan. Tidak perlu lagi menunggu sampai lembar tagihan datang..
Biasanya ada jeda waktu, 1 – 3 hari sejak transaksi dilakukan, sampai tagihan muncul di internet banking. Memang fasilitas ini belum semua bank penerbit kartu memilikinya. Kita perlu mengecek ke bank masing – masing apakah memiliki fasilitas ini. Jika ya, sebaiknya fasilitas dimanfaatkan.
“Tak kenal maka tak sayang”. Begitu pula dengan pemakaian kartu kredit. Informasinya harus dikenal dan diketahui sejak awal, supaya langkah pencegahan bisa dilakukan agar hutang tidak sampai membumbung tinggi. Dan caranya pun tidak sulit.
- See more at: http://www.duwitmu.com/kartu-kredit-pantau-penggunaannya-hindari-terjebak-hutang/#sthash.8O27wUIs.dpuf
udah dan (enaknya…) berbelanja dengan kartu kredit
acapkali membuat kita lupa tagihan sudah membengkak, bahkan sudah
melebihi kemampuan bayar. Makanya, penting punya kontrol, dimana
pemakaian kartu kredit dapat diketahui sejak dini, sebelum jumlahnya
menjadi tidak terkendali.
Waktu pertama punya kartu kredit, tidak lama setelah dapat kerja pertama, saya terpikat dengan mudah dan nyamannya menggunakan kartu kredit. Tidak perlu bawa uang tunai jika hendak belanja. Cukup gesek kartu, barang bisa langsung dibawa pulang.
Dengan kartu, saya merasakan beban “kehilangan uang”, yang sering dirasakan saat membayar tunai, terasa hilang. Bayar pakai kartu serasa berbelanja tanpa beban. Saya mengalami yang disebut “buy now pay later” sindrom dalam penggunaan kartu kredit.
Tanpa saya sadari, saking nyamannya, tagihan mulai merangkak naik. Alhasil, saya terjebak dalam hutang kartu kredit. Perlu waktu hampir setahun untuk membereskan hutang tersebut sampai lunas.
Dari pengalaman (pahit..) ini, saya belajar bahwa kartu kredit akan baik selama digunakan sebagai alat pembayaran. Masalah muncul, jika kartu digunakan sebagai alat berhutang. Kapan itu? Saat kita sudah tidak bisa membayar lunas tagihan. Itu indikasi bahwa penggunaan kartu telah melewati kapasitas keuangan kita.
Tingginya bunga kartu kredit membuat tunggakan cepat membengkak jika tidak dibayar penuh. Kenaikkan tunggakan bukan lagi bergerak secara linear, tapi sudah eksponensial. Itu sebabnya penting masalah hutang kartu kredit diatasi sejak dini, sebelum jumlahnya membesar dan menggulung tidak terkendali.
Meskipun hampir semua tahu, bahwa untuk tidak terjebak hutang, tagihan harus dibayar lunas, kenyataanya masih banyak yang punya masalah dengan hutang kartu kredit. Tidak sedikit artikel, wawancara, tulisan di media koran maupun blog, yang sudah membahas masalah ini, tapi tetap saja di berbagai media kita dengar orang yang terjebak dalam hutang kartu kredit. Banyak yang tidak membayar lunas tagihannya.
Saat menggunakan kartu, saya pun sebenarnya selalu ingin membayar lunas. Tidak ada rencana untuk berhutang. Tetapi, karena tidak tahu berapa banyak pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan, saya jadi terlena dan terus memakai. Sampai tagihan datang, saya baru sadar besarnya jumlah tagihan. Setelah itu, praktis tidak bisa berbuat lain, kecuali membayarnya.
Makanya, punya gambaran tentang berapa jumlah pemakaian kartu kredit sangat penting. Dan yang lebih penting lagi, informasi soal pemakaian itu harus diketahui sedini mungkin. Jangan tunggu sampai terima tagihan. Terlambat. Setelah tagihan datang, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Sementara, jika tahu sejak awal, paling tidak, kita bisa mengambil langkah untuk menghindari atau menghentikan tagihan yang membengkak.
Saya mencoba cara ini. Pemakaian kartu kredit di monitor setiap hari. Struk belanja, yang selama ini hilang tidak jelas, saya kumpulkan dan paling lambat dua hari, semua belanja sudah dicatat ke dalam spreadsheet untuk dibuat rekap-nya.
Hasilnya mengejutkan.
Tidak sampai setengah bulan, saya seharusnya sudah berhenti memakai kartu kredit. Kenapa? Karena jumlah pemakaian sudah melebih kemampuan keuangan saya. Hal yang selama ini tidak pernah saya sadari. Pantes saja, gaji selalu “numpang lewat”, ternyata sebagian besar habis untuk bayar tagihan kartu bulan lalu.
Pertama, seperti sudah saya jelaskan, mencatat semua transaksi dengan kartu kredit secara rutin. Jangan menunggu sampai tagihan datang. Setiap kali habis melakukan transaksi, struk belanja disimpan untuk nanti dicatat dan direkap. Monitor secara mingguan berapa total pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan dan bandingkan dengan kemampuan membayar kita.
Dengan begini, posisi penggunaan kartu kredit bisa dipantau lebih dini, sebelum tagihan datang. Alhasil, jika penggunaan sudah mendekati batas kemampuan membayar, cepat terdeteksi untuk kemudian diambil langkah, seperti pengurangan atau penghentian sementara transaksi dengan kartu kredit.
Seringkali, karena tidak tahu berapa total transaksi di bulan berjalan., kita tidak menghentikan transaksi, walapun sebenarnya sudah melebihi kapasitas keuangan. Pencatatan rutin mengingatkan, apakah transaksi sudah lewat batas atau belum.
Kedua, kalau merasa repot harus menyimpan struk dan mencatatnya kembali, bisa me-manfaatkan fasilitas mobile banking atau internet banking, seperti yang tersedia di BCA, Bank Mandiri dan Bank Permata. Di fasilitas ini, setiap transaksi kartu kredit bisa segera dilihat secara online, segera setelah transaksi dilakukan. Tidak perlu lagi menunggu sampai lembar tagihan datang..
Biasanya ada jeda waktu, 1 – 3 hari sejak transaksi dilakukan, sampai tagihan muncul di internet banking. Memang fasilitas ini belum semua bank penerbit kartu memilikinya. Kita perlu mengecek ke bank masing – masing apakah memiliki fasilitas ini. Jika ya, sebaiknya fasilitas dimanfaatkan.
“Tak kenal maka tak sayang”. Begitu pula dengan pemakaian kartu kredit. Informasinya harus dikenal dan diketahui sejak awal, supaya langkah pencegahan bisa dilakukan agar hutang tidak sampai membumbung tinggi. Dan caranya pun tidak sulit.
- See more at: http://www.duwitmu.com/kartu-kredit-pantau-penggunaannya-hindari-terjebak-hutang/#sthash.8O27wUIs.dpuf
Waktu pertama punya kartu kredit, tidak lama setelah dapat kerja pertama, saya terpikat dengan mudah dan nyamannya menggunakan kartu kredit. Tidak perlu bawa uang tunai jika hendak belanja. Cukup gesek kartu, barang bisa langsung dibawa pulang.
Dengan kartu, saya merasakan beban “kehilangan uang”, yang sering dirasakan saat membayar tunai, terasa hilang. Bayar pakai kartu serasa berbelanja tanpa beban. Saya mengalami yang disebut “buy now pay later” sindrom dalam penggunaan kartu kredit.
Tanpa saya sadari, saking nyamannya, tagihan mulai merangkak naik. Alhasil, saya terjebak dalam hutang kartu kredit. Perlu waktu hampir setahun untuk membereskan hutang tersebut sampai lunas.
Dari pengalaman (pahit..) ini, saya belajar bahwa kartu kredit akan baik selama digunakan sebagai alat pembayaran. Masalah muncul, jika kartu digunakan sebagai alat berhutang. Kapan itu? Saat kita sudah tidak bisa membayar lunas tagihan. Itu indikasi bahwa penggunaan kartu telah melewati kapasitas keuangan kita.
Tingginya bunga kartu kredit membuat tunggakan cepat membengkak jika tidak dibayar penuh. Kenaikkan tunggakan bukan lagi bergerak secara linear, tapi sudah eksponensial. Itu sebabnya penting masalah hutang kartu kredit diatasi sejak dini, sebelum jumlahnya membesar dan menggulung tidak terkendali.
Meskipun hampir semua tahu, bahwa untuk tidak terjebak hutang, tagihan harus dibayar lunas, kenyataanya masih banyak yang punya masalah dengan hutang kartu kredit. Tidak sedikit artikel, wawancara, tulisan di media koran maupun blog, yang sudah membahas masalah ini, tapi tetap saja di berbagai media kita dengar orang yang terjebak dalam hutang kartu kredit. Banyak yang tidak membayar lunas tagihannya.
Saat menggunakan kartu, saya pun sebenarnya selalu ingin membayar lunas. Tidak ada rencana untuk berhutang. Tetapi, karena tidak tahu berapa banyak pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan, saya jadi terlena dan terus memakai. Sampai tagihan datang, saya baru sadar besarnya jumlah tagihan. Setelah itu, praktis tidak bisa berbuat lain, kecuali membayarnya.
Makanya, punya gambaran tentang berapa jumlah pemakaian kartu kredit sangat penting. Dan yang lebih penting lagi, informasi soal pemakaian itu harus diketahui sedini mungkin. Jangan tunggu sampai terima tagihan. Terlambat. Setelah tagihan datang, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Sementara, jika tahu sejak awal, paling tidak, kita bisa mengambil langkah untuk menghindari atau menghentikan tagihan yang membengkak.
Saya mencoba cara ini. Pemakaian kartu kredit di monitor setiap hari. Struk belanja, yang selama ini hilang tidak jelas, saya kumpulkan dan paling lambat dua hari, semua belanja sudah dicatat ke dalam spreadsheet untuk dibuat rekap-nya.
Hasilnya mengejutkan.
Tidak sampai setengah bulan, saya seharusnya sudah berhenti memakai kartu kredit. Kenapa? Karena jumlah pemakaian sudah melebih kemampuan keuangan saya. Hal yang selama ini tidak pernah saya sadari. Pantes saja, gaji selalu “numpang lewat”, ternyata sebagian besar habis untuk bayar tagihan kartu bulan lalu.
Cara Memantau Kartu Kredit itu Mudah
Karena itu, memantau penggunaan kartu kredit jadi hal yang patut diperhatikan. Niscaya, hutang kartu kredit pun bisa dikelola lebih baik. Caranya pun mudah dilakukan.Pertama, seperti sudah saya jelaskan, mencatat semua transaksi dengan kartu kredit secara rutin. Jangan menunggu sampai tagihan datang. Setiap kali habis melakukan transaksi, struk belanja disimpan untuk nanti dicatat dan direkap. Monitor secara mingguan berapa total pemakaian kartu kredit yang sudah dilakukan dan bandingkan dengan kemampuan membayar kita.
Dengan begini, posisi penggunaan kartu kredit bisa dipantau lebih dini, sebelum tagihan datang. Alhasil, jika penggunaan sudah mendekati batas kemampuan membayar, cepat terdeteksi untuk kemudian diambil langkah, seperti pengurangan atau penghentian sementara transaksi dengan kartu kredit.
Seringkali, karena tidak tahu berapa total transaksi di bulan berjalan., kita tidak menghentikan transaksi, walapun sebenarnya sudah melebihi kapasitas keuangan. Pencatatan rutin mengingatkan, apakah transaksi sudah lewat batas atau belum.
Kedua, kalau merasa repot harus menyimpan struk dan mencatatnya kembali, bisa me-manfaatkan fasilitas mobile banking atau internet banking, seperti yang tersedia di BCA, Bank Mandiri dan Bank Permata. Di fasilitas ini, setiap transaksi kartu kredit bisa segera dilihat secara online, segera setelah transaksi dilakukan. Tidak perlu lagi menunggu sampai lembar tagihan datang..
Biasanya ada jeda waktu, 1 – 3 hari sejak transaksi dilakukan, sampai tagihan muncul di internet banking. Memang fasilitas ini belum semua bank penerbit kartu memilikinya. Kita perlu mengecek ke bank masing – masing apakah memiliki fasilitas ini. Jika ya, sebaiknya fasilitas dimanfaatkan.
“Tak kenal maka tak sayang”. Begitu pula dengan pemakaian kartu kredit. Informasinya harus dikenal dan diketahui sejak awal, supaya langkah pencegahan bisa dilakukan agar hutang tidak sampai membumbung tinggi. Dan caranya pun tidak sulit.
- See more at: http://www.duwitmu.com/kartu-kredit-pantau-penggunaannya-hindari-terjebak-hutang/#sthash.8O27wUIs.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar